Civitas Akademika ITB Indragiri Gelar Doa Bersama untuk Korban Represif Aksi Unjuk Rasa

INHU– Civitas akademika Institut Teknologi dan Bisnis (ITB) Indragiri menggelar aksi doa bersama untuk para korban tindakan represif dalam unjuk rasa nasional yang terjadi pada Agustus lalu. Kegiatan ini berlangsung khidmat di halaman Rektorat ITB Indragiri, diikuti oleh jajaran rektorat, dosen, pimpinan organisasi kemahasiswaan, serta ratusan mahasiswa.

Dalam suasana penuh empati, ratusan lilin dinyalakan sebagai simbol duka dan solidaritas terhadap para korban. Presiden Mahasiswa ITB Indragiri, Adam Maulana, menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan bentuk kepedulian serta pernyataan sikap civitas akademika terhadap situasi sosial-politik di Indonesia.

“Aksi doa bersama dan penyampaian surat terbuka ini adalah bentuk komitmen bahwa kita peduli dan tidak menutup mata atas apa yang terjadi pada bangsa hari ini. Meski kami berada di daerah, kita tetap wajib bersuara ketika melihat ketidakadilan,” ujar Adam dalam sambutannya.

Rektor ITB Indragiri, Dr. H. Raja Marwan Indra Saputra, SE, M.Si, turut memberikan apresiasi atas inisiatif Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) tersebut. Ia menyebut aksi ini sebagai bagian dari tanggung jawab moral akademisi dalam mendorong perubahan positif di tengah masyarakat.

“Kami sangat mengapresiasi aksi ini. Ini bukti bahwa akademisi peduli dan akan terus mendorong perubahan menuju Indonesia yang lebih baik,” ungkapnya.

Setelah doa bersama dan pembacaan puisi untuk Indonesia, para peserta melakukan tabur bunga di depan deretan foto dan nama para korban yang gugur dalam aksi demonstrasi. Kegiatan ditutup dengan penempelan sticky notes berisi harapan untuk bangsa di "Mading Pojok Aspirasi".

Selain itu, civitas akademika ITB Indragiri juga menyampaikan surat terbuka kepada Presiden Republik Indonesia dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR RI). Surat tersebut berisi delapan poin tuntutan yang dibacakan langsung oleh Presiden Mahasiswa, sebagai berikut:

Menuntut dikembalikannya kedaulatan rakyat dalam setiap pengambilan keputusan serta meminta pertanggungjawaban negara atas kerusuhan yang terjadi.

  1. Mendesak evaluasi total terhadap kinerja DPR RI, TNI, dan Polri.
  2. Mendesak pengesahan dan penegakan UU Perampasan Aset Koruptor sebagai wujud komitmen pemberantasan korupsi.
  3. Menuntut jaminan kebebasan berpendapat di tengah menyempitnya ruang demokrasi dan maraknya kriminalisasi terhadap suara kritis.
  4. Menuntut pembebasan segera terhadap peserta aksi yang masih ditahan.
  5. Mengajak seluruh elemen bangsa menjaga solidaritas dan mengawal kebijakan pemerintah secara aktif.
  6. Mendesak anggota DPR dari Dapil Riau untuk menyuarakan dan memperjuangkan aspirasi rakyat.

Mengajak seluruh komponen masyarakat untuk berdoa dan menguatkan bangsa dalam menghadapi tantangan menuju Indonesia maju.Kegiatan ini menjadi simbol kesadaran kritis kalangan akademisi daerah terhadap dinamika nasional, sekaligus menegaskan bahwa suara dari kampus tetap relevan dalam mengawal demokrasi.(rilis)

TERKAIT