100 Hari AMAN: Langkah Nyata Menuju Pekanbaru yang Lebih Baik

PEKANBARU –Dari jalanan kota yang kini mulai rapi, hingga senyum warga saat menerima layanan keliling administrasi, 100 hari pertama kepemimpinan Wali Kota Agung Nugroho dan Wakil Wali Kota Markarius Anwar terasa begitu hidup. Pasangan pemimpin muda ini yang dikenal dengan akronim AMAN tidak hanya menyusun janji saat kampanye, tetapi mulai membuktikan komitmen mereka lewat berbagai program nyata di tengah masyarakat.
Dilantik pada 20 Februari 2025, duet AMAN membawa semangat baru ke Kota Pekanbaru. Dalam waktu singkat, mereka bergerak cepat dengan agenda kerja yang menyentuh langsung kebutuhan publik. Tak heran jika masa 100 hari pertama mereka menjadi tolok ukur awal pelaksanaan reformasi birokrasi dan pelayanan masyarakat yang lebih baik.
“Program 100 hari ini bukan sekadar seremoni, tapi menjadi fondasi mewujudkan janji perubahan,” ujar Wali Kota Agung Nugroho saat ditemui di ruang kerjanya. Ia menekankan bahwa evaluasi akan terus dilakukan agar pelayanan publik semakin optimal.
Salah satu kebijakan paling disorot adalah penurunan tarif parkir tepi jalan umum. Melalui Peraturan Wali Kota Nomor 2 Tahun 2025, tarif parkir resmi diturunkan sejak hari pertama AMAN memimpin. Langkah ini disambut baik oleh masyarakat yang selama ini mengeluhkan mahalnya retribusi tanpa jaminan layanan memadai.
“Saya biasa bayar parkir Rp5.000, sekarang cukup Rp2.000. Lebih masuk akal dan petugasnya pakai rompi resmi,” kata Andi, seorang pengendara motor di Jalan Sudirman. Transparansi dan penataan ulang sistem parkir ini menjadi sinyal awal perubahan menuju pelayanan publik yang lebih tertib dan akuntabel.
Tak hanya itu, AMAN juga menyasar perbaikan infrastruktur dasar, seperti jalan rusak yang kerap menjadi keluhan warga. Berdasarkan data Dinas PUPR, terdapat 2.308 titik jalan berlubang di Pekanbaru. Hingga Mei 2025, sebanyak 533 titik telah diperbaiki, mulai dari jalan lingkungan hingga jalan protokol.
Di bidang administrasi kependudukan, inovasi “Mobil AMAN” menjadi terobosan baru yang memudahkan warga di pelosok mengakses layanan penting. Mobil layanan keliling ini mendatangi kecamatan dan kelurahan, memfasilitasi pengurusan KTP-el, KIA, KK, hingga Identitas Kependudukan Digital (IKD). “Ini pertama kalinya saya bisa urus KK tanpa harus antre lama di kantor Disdukcapil,” ujar Siti, warga Kecamatan Rumbai.
Sementara itu, dalam menghadapi gejolak harga bahan pokok, AMAN meluncurkan program “Mobil Pak AMAN” mobil layanan pangan murah keliling yang menyasar pasar dan pemukiman padat. Bekerja sama dengan Bulog dan Badan Pangan Nasional, mobil ini menyediakan beras SPHP, minyak goreng, cabai, hingga telur dengan harga di bawah pasar.
Tak kalah penting adalah perhatian terhadap dunia pendidikan Pemko kini menyediakan layanan Bus TMP gratis untuk siswa, yang bisa dinikmati cukup dengan menunjukkan kartu pelajar atau memakai seragam sekolah. Kebijakan ini membantu meringankan beban orang tua sekaligus mendorong angka partisipasi sekolah yang lebih tinggi.
Permasalahan klasik seperti sampah dan banjir juga mendapat porsi penanganan serius. Melalui gerakan "Serbu Sampah”, Pemko melibatkan petugas kebersihan, TNI/Polri, serta komunitas warga dalam membersihkan TPS dan aliran sungai. Ini merupakan bagian dari langkah preventif terhadap banjir dan upaya menciptakan kota yang bersih dan sehat.
Normalisasi sungai, pembongkaran bangunan liar di atas drainase, serta pengerukan saluran air dilakukan secara simultan. Klota Pekanbaru yang dulunya langganan genangan, kini perlahan mulai terlihat lebih siap menghadapi musim hujan.
Tak hanya fokus ke infrastruktur dan layanan, AMAN juga mengedepankan penegakan hukum dan tata kelola pemerintahan yang bersih. Dalam kerja sama dengan Polresta Pekanbaru, Pemko menindak tegas praktik pungli retribusi sampah. Tujuh tersangka diamankan, dan tindakan ini menjadi pesan tegas: tidak ada toleransi bagi pelanggaran yang merugikan rakyat.
Menariknya, nilai-nilai keagamaan dan budaya lokal juga diperkuat. Melalui program "Pekanbaru Cinta Al-Qur’an” dan Festival Budaya Melayi, Pemko menghidupkan kembali identitas kota yang religius dan berakar kuat pada warisan budaya. Festival tersebut menghadirkan lomba pantun, bazar kuliner, hingga kampanye lingkungan berbasis kearifan lokal.
Tak ketinggalan, program penanaman 15.000 pohon dan budidaya jagung pipil** di lahan 11 hektare menjadi simbol komitmen terhadap lingkungan dan ketahanan pangan. Ruang hijau ditata, estetika kota dijaga, dan warga didorong untuk menjadi bagian dari solusi perubahan iklim.
Selain itu, Pemko juga melakukan penertiban 83 titik reklame ilegal yang selama ini mengganggu keindahan kota. Penataan ini mendukung konsep Green Zone yang mengutamakan kenyamanan pejalan kaki dan keindahan visual ruang publik.
Dalam aspek sosial, program Rumah Layak Huni (RLH) kembali digulirkan dengan target 42 unit rumah baru dan rehabilitasi 12 rumah warga miskin. Program ini diluncurkan menjelang HUT Kota Pekanbaru ke-241 sebagai bentuk kepedulian terhadap masyarakat rentan.
Sebagai pelengkap, hadir pula “Sekolah Rakyat” program pendidikan informal bagi anak-anak dari keluarga tidak mampu. Di sini mereka tidak hanya belajar membaca dan berhitung, tetapi juga dibekali keterampilan hidup yang mendukung kemandirian di masa depan.
Seratus hari memang waktu yang singkat. Namun, di tangan AMAN, seratus hari menjadi momentum membalik halaman baru pembangunan kota. Masyarakat Pekanbaru kini menatap masa depan dengan harapan baru bahwa perubahan itu mungkin, jika dikerjakan bersama, dan dimulai dari langkah nyata.(ADV)
Tulis Komentar