Di Balik Loreng dan Palu: Kisah TNI yang Menyulam Asa untuk Warga Desa
Oleh : Diana Sari
SIAK — Pagi itu, embun masih enggan pergi dari daun kelapa sawit yang berbaris di tepian jalan tanah di Kecamatan Sungai Mandau. Di antara kesunyian kampung dan gemericik air di parit kecil, terdengar suara palu beradu dengan paku, bercampur tawa kecil para prajurit dan warga desa. Di sanalah, semangat gotong royong menemukan bentuknya kembali.
Program TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) ke-126 yang digelar Kodim 0322/Siak bukan hanya membawa deru mesin bor dan semen, tapi juga menghadirkan hangatnya kepedulian. Salah satu sasarannya: rehabilitasi Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) bagi warga kurang mampu. Sebuah langkah kecil yang berarti besar bagi kehidupan banyak orang.

Komandan Kodim 0322/Siak, Letkol Czi Andy Kurniawan, S.Hub.Int, menuturkan dengan nada tenang namun penuh makna, “Program TMMD ini bukan sekadar pembangunan fisik. Ini adalah jembatan antara TNI dan masyarakat. Kami ingin membantu, tapi lebih dari itu, kami ingin hadir menjadi bagian dari kehidupan warga.”
Di bawah terik matahari, para prajurit bekerja tanpa keluh. Baju loreng mereka penuh noda semen dan peluh, namun tak ada yang tampak lelah. Di samping mereka, warga turut mengangkat kayu, mencampur pasir, dan menyiapkan makanan. Seperti keluarga besar yang sedang membangun rumah bersama.
Salah satu rumah yang direhab adalah milik Sahman, seorang buruh tani berusia lima puluhan. Rumahnya yang dulu berdinding papan lapuk dan beratap bocor, kini berdiri kokoh dengan tembok baru dan atap seng mengilap. Di wajahnya, senyum merekah seperti pagi yang baru terbit.
“Dulu kalau hujan, kami tidur berdesakan di satu sudut rumah karena air masuk dari mana-mana,” kenangnya pelan. “Sekarang... lihatlah, rumah ini seperti mimpi. Saya tak tahu bagaimana membalas kebaikan bapak-bapak TNI dan tetangga yang membantu.” Suaranya bergetar, matanya berkaca-kaca.
Bagi Sahman, rumah itu bukan hanya tempat berteduh, melainkan simbol harapan baru. Tempat di mana ia bisa kembali bermimpi untuk anak-anaknya, tanpa takut atap roboh atau dinding ambruk diterpa angin.
Program TMMD ke-126 di Siak ini memang tak hanya fokus pada rumah layak huni. Ada pula empat program lain dari Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad). bersatu dengan alam melalui penanaman pohon, ketahanan pangan lewat semenisasi jalan menuju sawah, penyediaan air bersih dengan pembuatan sumur bor, serta percepatan penurunan stunting melalui pembagian sembako dan pemeriksaan kesehatan gratis.
Setiap kegiatan itu menyentuh sisi lain kehidupan masyarakat desa. Di Sungai Mandau, hal-hal kecil seperti air bersih atau jalan yang tidak becek bisa mengubah banyak hal. Anak-anak tak lagi harus berjalan kaki di jalan berlumpur menuju sekolah, dan ibu-ibu bisa memasak dengan air jernih tanpa harus menimba jauh ke sungai.

Kehadiran TNI di tengah masyarakat terasa seperti napas baru. Tidak ada jarak antara seragam loreng dan baju lusuh petani. Mereka duduk satu tikar, makan nasi bungkus yang sama, bercanda tentang hal-hal sederhana: panen, anak sekolah, hingga harga pupuk yang naik turun.
Malam hari, di bawah lampu petromak, beberapa prajurit masih tampak menuntaskan pekerjaan. Anak-anak desa menonton dari kejauhan, kagum pada kegigihan mereka. “Abang tentara itu kuat ya, Pak,” ujar seorang bocah sambil tersenyum malu. Bapaknya hanya mengangguk, menepuk pundak anak itu. “Kuat, tapi juga baik hati,” balasnya.
Tak terasa, beberapa pekan pun berlalu. Rumah-rumah yang tadinya reyot kini berdiri kokoh. Jalan setapak yang dulu becek kini mulai bersemen. Sumur bor memancarkan air bersih pertama kali di tengah sorak warga. Ada haru yang sulit dijelaskan campuran bahagia, bangga, dan syukur yang dalam.
Di acara penutupan TMMD, suasana begitu hangat. Warga membawa hasil bumi pisang, ubi, ayam kampung untuk diserahkan kepada para prajurit. “Ini bukan hadiah, ini tanda terima kasih kami,” kata seorang ibu sambil menyeka air mata. Tak ada tepuk tangan meriah, tapi ada keheningan yang bermakna.
Letkol Andy kembali berbicara di hadapan warga. “Kami datang bukan untuk memberi, tapi untuk bersama-sama membangun. Karena sejatinya kekuatan bangsa ini ada di gotong royong kita semua.” Ucapannya disambut anggukan penuh hormat dari warga desa.
Kini, di Sungai Mandau, rumah-rumah baru itu menjadi saksi bisu bahwa pembangunan bukan hanya soal bangunan, melainkan tentang rasa saling percaya dan cinta tanah air. TMMD ke-126 telah menorehkan jejak, bukan di catatan statistik, tapi di hati manusia.
Ketika sore turun dan matahari perlahan tenggelam di balik pepohonan sawit, terdengar suara azan menggema dari surau kecil. Sahman menatap rumah barunya dari kejauhan, lalu tersenyum. “Dulu saya punya rumah, tapi sekarang saya punya harapan,” katanya pelan.
Dan di kampung kecil itu, di antara tanah merah dan pohon kelapa sawit, semangat kebersamaan tumbuh seperti benih yang disiram oleh peluh, kerja keras, dan cinta kepada sesama. Karena membangun desa sejatinya adalah membangun hati, satu demi satu.










Tulis Komentar