PHR Dumai Terminal Siaga Penuh, Latihan Gabungan 2025 Uji Kecepatan Tanggap Darurat
DUMAI — Kepanikan pagi menyeruak di Pelabuhan 3 PHR Dumai Terminal, Senin, 10 November 2025. Suasana tenang mendadak berubah mencekam saat gangguan siber melumpuhkan sistem Marine Office Dumai, disusul kemunculan pesawat tanpa awak yang melintas mencurigakan di atas area loading arm. Dalam hitungan menit, dentuman keras mengguncang pelabuhan. Ledakan disusul kobaran api besar yang melukai dua orang di lokasi.
Namun kepanikan itu bukan insiden nyata, melainkan bagian dari Latihan Gabungan Keadaan Darurat PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) Dumai Terminal 2025 — sebuah simulasi besar untuk menguji kesiapan tanggap darurat dan koordinasi lintas instansi menghadapi ancaman multi-dimensi.
Latihan ini menjadi bagian dari pemenuhan regulasi PP No. 31/2021 Pasal 212.2.a tentang ISPS Code serta Permenhub No. 58/2013 Pasal 19.2 tentang Penanggulangan Tumpahan Minyak. Fokus utamanya adalah memastikan kesiapan sistem tanggap darurat (SERT) dan keandalan koordinasi seluruh elemen keamanan pelabuhan.
Begitu simulasi ledakan terjadi, sistem tanggap darurat internal PHR langsung aktif. Mooring Master yang bertindak sebagai On Scene Commander (OSC) memerintahkan penghentian pengapalan dan evakuasi korban. Tim SERT Dumai yang terdiri atas Fire Emergency Response Team (FERT), Medical Task Force, Source Control, dan Security segera berkumpul di Command Center untuk melakukan langkah cepat.
Koordinasi keamanan diuji ketat. Port Facility Security Officer (PFSO) menaikkan status keamanan pelabuhan dari Security Level 1 menjadi Level 3, status tertinggi dalam sistem ISPS Code. Seluruh prosedur keamanan diterapkan: penambahan personel, penggantian papan tanda, dan penutupan akses fasilitas.
Di sisi eksternal, Koordinator Port Security Committee (PSC) segera berkoordinasi dengan Kapolres Dumai. Tak lama, aparat dari Polairud, KSKP, dan PAMOBVIT dikerahkan dari laut dan darat. Dalam skenario pengejaran dramatis, tim gabungan berhasil melumpuhkan tiga tersangka teroris yang berupaya kabur menggunakan kapal Transko Lumba-Lumba.
Setelah kebakaran berhasil dipadamkan menggunakan fire pump dari Pelabuhan 2 dan 3, skenario dilanjutkan dengan kebocoran pipa dan tumpahan minyak mentah sekitar 1 barel. Oil Spill Task Leader (OSTL) menggerakkan tim Marine Environmental Protection (MEP) untuk menanggulangi tumpahan. Dalam waktu singkat, sebanyak 2 barel fluida bercampur minyak berhasil dipulihkan.
Krisis belum usai. Aksi protes masyarakat yang mengaku nelayan terdampak tumpahan minyak muncul di gerbang pelabuhan. Tim Public Information Officer (PIO) dan PFSO PHR segera turun melakukan mediasi. Aksi massa berhasil diredam secara kondusif, menandakan kesiapan PHR dalam menghadapi dampak sosial pascainsiden.
Setelah seluruh skenario tertangani — mulai dari ledakan, teror, kebakaran, tumpahan minyak, hingga protes warga — PSC menurunkan kembali status keamanan ke Level 1. OSC kemudian menonaktifkan tim SERT Dumai.
“Saya sangat mengapresiasi latihan penanggulangan keadaan darurat yang telah kita lakukan hari ini. Kesiapsiagaan dan koordinasi kita terbukti solid. Latihan seperti ini penting untuk menghadapi situasi yang tidak terduga,” ujar Achmad Ubaydillah, Manager Hydrocarbon Transportation Operation & Maintenance PHR.
Latihan gabungan tahun ini menegaskan komitmen PHR Dumai Terminal dalam menjaga keselamatan, keamanan, dan keberlanjutan operasi vital di jalur distribusi energi nasional.(DW)










Tulis Komentar