Terisolasi oleh Infrastruktur, Perjuangan Warga Sungai Gayung Kiri Antar Jenazah di Laut

MERANTI- Infrastruktur yang masih terbatas di Kabupaten Kepulauan Meranti menyisakan banyak persoalan, terutama terkait akses antarwilayah. Sementara pemerintah daerah berusaha keras membangun, beberapa daerah terpinggirkan seperti Desa Sungai Gayung Kiri di Kecamatan Rangsang, masih bergulat dengan masalah infrastruktur yang belum memadai.

Salah satu kisah pilu datang dari peristiwa pengantaran jenazah Suriyati, seorang warga desa, yang mengungkapkan betapa beratnya tantangan yang dihadapi.

Pada Minggu (6/4/2025), Suriyati meninggal dunia di Puskesmas Tanjung Samak setelah sebelumnya direncanakan untuk dirujuk ke RSUD Kepulauan Meranti di Selatpanjang. Namun, takdir berkata lain. Keluarga yang tengah berduka harus menghadapi kenyataan pahit ketika mereka hendak memulangkan jenazah ke kampung halamannya di Sungai Gayung Kiri.

Jalan darat yang rusak parah membuat ambulans tidak dapat mencapai desa tersebut. Satu-satunya pilihan adalah menempuh jalur laut menggunakan speed boat Baznas Kepulauan Meranti. Namun, kapal tersebut kandas hampir satu kilometer dari dermaga karena kondisi pantai yang landai dan air yang surut, sebuah tantangan tambahan yang harus dihadapi warga.

Dengan air laut yang mencapai pinggang dan pasir yang lengket, warga setempat terpaksa menurunkan jenazah dari kapal dan menandu jenazah Suriyati melintasi pantai berlumpur. Mereka bergantian membawa tandu, dengan ketabahan dan air mata, berjuang melawan ombak kecil dan mengharapkan agar arus tidak terlalu kencang.

Kepala Desa Sungai Gayung Kiri, Perdana Noriowati, menyatakan keprihatinannya atas kejadian tersebut. Dalam nada lirih, ia menyampaikan rasa sesal dan harapan untuk perubahan di masa depan.

"Kami tahu ini tidak ideal. Tapi inilah kondisi kami saat ini. Kami hanya bisa meminta maaf dan berharap ke depan ada perubahan nyata," ujarnya, suaranya terbata.

Kondisi ini menjadi potret nyata bagaimana infrastruktur yang buruk dan keterbatasan anggaran masih menjadi hambatan besar bagi masyarakat di daerah terluar. Meski pemerintah daerah terus berusaha memperbaiki, masyarakat desa terisolasi seperti Sungai Gayung Kiri tetap berharap perhatian lebih besar dari semua pihak, agar tidak ada lagi kisah pilu seperti ini yang harus mereka alami. (LA)

TERKAIT