Kuansing Go Internasional! Filosofi Jalur Bawa Budaya Lokal Tembus Dunia

KUANSING– Bupati Kuantan Singingi, DR. H. Suardiman Amby, Ak.MM., mengangkat falsafah lokal jalur sebagai dasar kepemimpinan dan arah pembangunan di daerahnya. Pendekatan ini tidak hanya berdampak di tingkat lokal, tetapi juga mulai menarik perhatian komunitas budaya internasional.

Falsafah jalur, yang berasal dari tradisi pacu perahu panjang khas masyarakat Kuansing, diterjemahkan Suardiman ke dalam praktik pemerintahan. Nilai-nilai seperti kekompakan, ritme, kepemimpinan kolektif, dan pengorbanan menjadi prinsip utama dalam pengambilan kebijakan publik.

“Jalur bukan hanya olahraga tradisional, tapi juga mencerminkan bagaimana kita harus bekerja sama, seirama, dan saling menopang. Prinsip inilah yang saya bawa dalam memimpin Kuansing,” kata Suardiman dalam wawancara di Teluk Kuantan, Senin (8/7/2025).

Ia menegaskan bahwa pembangunan tidak hanya berorientasi pada infrastruktur fisik, tetapi juga pada penguatan karakter dan budaya masyarakat. Di bawah kepemimpinannya, musyawarah desa dihidupkan kembali, pelibatan masyarakat dalam perencanaan pembangunan diperluas, dan berbagai program berbasis kebutuhan lokal terus dijalankan.

Festival Pacu Jalur yang menjadi ikon budaya Kuansing juga dikembangkan menjadi ajang diplomasi budaya. Kegiatan tahunan ini kini menarik wisatawan mancanegara dan menjadi agenda promosi budaya Indonesia di forum-forum internasional.

“Melalui pacu jalur, kita tidak hanya melestarikan tradisi, tetapi juga membuka ruang dialog budaya dengan dunia luar. Ini adalah cara Kuansing menunjukkan identitasnya di tengah arus global,” ujar Suardiman.

Pemerintah Kabupaten Kuansing juga tercatat aktif menjalin kerja sama budaya lintas negara melalui program sister city dan partisipasi dalam festival internasional, seperti Festival ASEAN dan promosi budaya di Malaysia serta Singapura.

Selain budaya, sektor lain seperti pertanian, UMKM, dan pendidikan juga disentuh dengan pendekatan partisipatif. Program-program seperti pembukaan akses jalan desa, pelatihan petani, dan penguatan koperasi rakyat dijalankan untuk memperkuat kemandirian ekonomi masyarakat.

Menurut Suardiman, menjaga akar budaya di tengah modernisasi adalah tantangan utama saat ini. Oleh karena itu, ia menekankan pentingnya membawa kemajuan tanpa kehilangan identitas.

“Kita tidak boleh kehilangan jati diri. Teknologi harus menjadi alat untuk memperkuat budaya, bukan menggesernya,” tegasnya.

Dengan pendekatan ini, Kabupaten Kuantan Singingi berhasil menunjukkan bahwa nilai-nilai lokal dapat menjadi landasan kepemimpinan yang kuat dan relevan. Falsafah jalur kini tidak hanya menjadi simbol kebanggaan daerah, tetapi juga menjadi inspirasi global dari sebuah kabupaten di tepian Sungai Kuantan. (**)

TERKAIT